Pages

Tuesday, October 4, 2011

Supir Angkot = SALESMAN

Pelajaran Salesmanship dari Supir Angkot di Jakarta

Oleh Mohammad Iqbal

Belakangan ini Jakarta digegerkan dengan pemberitaan tentang kriminalitas yang terjadi di Angkot (Angkutan Kota). Sudah menjadi rahasia umum, angkutan umum adalah media yang nyaman buat para kriminal melancarkan aksinya. Mulai dari pencopetan, penjambretan, penodongan, pengamen yang mengancam, pengemis yang memaksa, perampokan, hingga pemerkosaan dan pembunuhan.

Salah satu yang paling parah terjadi baru-baru ini adalah pemerkosaan dan pembunuhan mahasiswi BINUS (Bina Nusantara) yang naik angkot jurusan Slipi-Kebun Jeruk. Belakangan diketahui pelaku tindak kriminal itu adalah komplotan penjahat yang bekerjasama dengan supir Angkot. Yang bikin ngilu, ucapan Gubernur DKI Jakarta di media massa sama sekali tidak menunjukkan simpati terhadap korban pemerkosaan dan kaum hawa pada umumnya. Dan ini justru makin memicu kemarahan kelompok pejuang gender. Saya juga heran, kenapa tokoh sekaliber Gubernur kota metropolitan memberikan statement yang justru memojokkan posisi dia.

Balik lagi ke urusan Angkot. Memang, salah satu problem dan carut marutnya sistem transportasi umum negeri ini adalah fakta buruknya kondisi dan pelayanan seluruh tipe angkutan umum kita, baik itu Kereta Api, Kapal PELNI, Kapal Ferri, Angkot, Metromini, Kopaja, Kopamilet, Mikrolet, maupun Transjakarta (busway).

Pastinya, ada banyak faktor kenapa kondisi angkutan umum kita sangat memperihatinkan bahkan cenderung tidak manusiawi. Nah, dengan makin maraknya tindak kriminal yang terjadi di angkutan umum di Ibu Kota, masyarakat makin terbelalak, kecewa dan sadar bahwa moda transportasi ini bukanlah pilihan. Yang lebih mengecawakan, sebagian dari aksi kejahatan itu dilakukan atau setidaknya dibantu oleh supir Angkot. Ini membuat masyarakat takut menggunakan Angkot dan pada gilirannya Angkot semakin tidak diminati masyarakat luas.

Tiga angkot melaju dengan jarak yang sangat dekat di sekitar Palmerah, Jakarta.

Tulisan ini tidak mengulas tentang fenomena kriminalitas di angkutan umum kita. Tetapi saya ingin menunjukkan bahwa selain bertindak KRIMINAL, para supir Angkot juga sebenarnya berprofesi sebagai SALESPERSON. Loh, kok bisa? Mari kita buktikan dengan mencocokkan sifat-sifat, tugas dan fungsi profesi SALESMAN.

Pertama, supir angkot adalah Proactive Salesman. Umumnya, para supir Angkot sangatlah antusias dan bersemangat mencari penumpang. Mereka memegang teguh salah satu prinsip dasar salesmanship, yakni having incredible hunger for business. Saking proaktifnya mereka bekerja, para supir itu bisa kapan saja menelikung ke kiri atau ke kanan ruas jalan secara mendadak hanya untuk menjemput seorang calon penumpang.

Kedua, supir angkot dituntut untuk achieve target. Istilahnya harus nutup setoran atau ngejar setoran. Persis seperti seorang professional salesperson, supir angkot dituntut untuk memperolah pendapatan yang sebanyak-banyaknya dan mencapai target yang telah ditentukan oleh perusahaan. Akibatnya, supir bisa melakukan apa saja untuk mencapai tujuan ini, meski seringkali harus nyerobot lampu merah atau melanggar aturan lalu lintas lainnya.

Ketiga, supir angkot itu rajin follow up & follow through dan memiliki tingkat kesabaran dan kegigihan yang tinggi dealing dengan konsumen. Persis seperti seorang salesman, untuk bisa mendapatkan bisnis dan pendapatan yang besar, para supir sangat rajin dalam bekerja. Pantang mundur dan tak mudah patah semangat dalam menindaklanjuti permintaan. Dengan semangat baja, pagi-pagi sudah ngetem, sabar menunggu calon penumpang meski si calon masih jauh di ujung gang. Akibatnya, laju kendaraan angkot cenderung lambat, bahkan seringkali mandeg diantara ruas jalan karena supir menunggu calon penumpang yang tak kunjung datang.

Keempat, supir angkot itu tough competitor. Prinsip dasar salesmanship yang mereka miliki adalah to maintain a stronger field presence than competition. Antar sesama supir angkot, mereka tak segan “berperang” merebut pasar penumpang. Berbagai cara harus ditempuh guna memenangkan persaingan ini. Diantaranya, mereka harus saling serobot berebut calon penumpang, saling berusaha mendahului, melaju pepet-pepetan, dan bila perlu meneriaki supir angkot lainnya jika nyerempet bodi mobil atau melanggar kode etik persupiran.

Kelima, konsentrasi kerja supir angkot selalu tertuju pada konsumen. Dalam dunia Sales & Marketing, ini disebut dengan prinsip Focus to the Customer, yang merupakan salah satu bagian dari Driving Principles of Effective Sales. Bagi para supir itu, fokus utama adalah melayani penumpang (serve with pride). Apapun resikonya, yang penting penumpang hepi. Demi memenuhi prinsip ini, supir bisa seenaknya, kapan saja, dimana saja dengan tiba-tiba memotong jalan ke lajur kiri jalan demi menenurunkan penumpang. Yah, si supir sangat loyal dan taat pada penumpang, sehingga kalau penumpang bilang ”Tolong turun sini pak,” si supir langsung saja banting setir. Begitupun sebaliknya, bila tiba-tiba ada calon penumpang (sales lead) muncul di pinggir jalan, si supir dengan sigap banting setir ke arah penumpang guna menjemput potensi bisnis yang ada.

Pada akhirnya, yang ingin saya kemukakan adalah, kalau saja para supir Angkot itu tidak dituntut untuk melakukan fungsi-fungsi penjualan, maka tentunya mereka menjadi lebih profesional sebagai supir sejati, ketimbang ugal-ugalan menjadi SALESMAN apalagi berperilaku KRIMINAL.

20 comments:

  1. Dear Brother,
    This is Indonesia.... what do we expect?

    Things ( Shits ) happened from the lowes to the highest of the authority which can not be accountable...

    Btw, let’s do what we can do best lah....

    http://danangmakarim.blogspot.com/2009/06/kisah-mengharukan-mandikan-aku-bunda.html

    Ngomong2 foto foto table top kemaren boleh minta copynya kan?

    Thank you,
    Regards,
    Danang

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Ojek lupa disebut hahahha...itu sama parahnya, klu ada yg nyetop aja langsung nyelonong.

    Bener juga ya karena fokus mereka kejar setoran.

    Um..anu...belum tertarik ganti ke Wordpress kah hehe

    PS: tak delete comment barusan, salah log in hehe

    ReplyDelete
  4. @Danang,
    Thanks for your comment. Yah, sebagai orang yang sempat lama tinggal di negeri maju, pastinya dirimu bisa membandingkan bagaimana parahnya sistem transportasi publik kita.

    ReplyDelete
  5. @mercuryfalling,
    Oh iya, aku lupa menyebutkan ojek. Dan ternyata masih ada satu lagi yang ketinggalan; BAJAJ...!
    Thanks for your comment.

    ReplyDelete
  6. memang supir angkot itu sama dengan salesman,, kan sama-sama nyari setoran.
    hehehe..

    ReplyDelete
  7. hajyar saja bos...hahhaa....
    :D
    bos follow back ya...

    ReplyDelete
  8. serem jg klo sgala macam salesman = sopir angkot. Banyak yg ugal-ugalan gitu.

    ReplyDelete