Oleh Mohammad Iqbal
Ditulis pada 11-11-11
Hari ini adalah pembukaan Sea Games ke 26 (Southeast Asia Games), ajang perhelatan olahraga paling bergensi antarnegara di Asia Tenggara. Untuk kesekian kalinya, Indonesia kembali menjadi tuan rumah. Bagaimana kesiapan para atlet kita? Bagaimana kesiapan kita sebagai tuan rumah yang baik? Dan bagaimana kesiapan kita menjadikan event ini sebagai ajang promosi pariwisata nasional?
Beberapa minggu sebelumnya, pemberitaan media masa digunjingkan dengan kekhawatiran semua kalangan akan persiapan fasilitas, infrastrutur dan sarana penunjang Sea Games, terutama masalah pembangunan venue masing-masing cabang olah raga. Umumnya, semua pihak mengkhawatirkan ketatnya waktu yang tersedia untuk menyelesaikan pembangunan fisik masing-masing venue (berita terkait hal ini).
Banyak pihak juga menengarai kelembatan kinerja vendor yang dikarenakan masalah biaya dan pembayaran. Hal lain adalah masalah kualitas sarana yang dibangun. Salah satu pemberitaan misalnya menyebutkan bahwa fasilitas kamar kecil di venue menggunakan toilet jongkok. Selain tidak sesuai standar, hal ini tentu dapat menjadikan Indonesia dicemooh oleh negara lain. Bukankah Menteri Jero Wacik (menteri pariwisata terdahulu) pernah sesumbar bahwa toilet adalah ujung tombak promosi pariwisata Indonesia?
Bukti lemahnya persiapan kita sebagai tuan rumah misalnya sampai hari ini (hari pembukaan Sea Games), venue untuk cabang olah raga kanoe dan kayak belum siap pakai.
Terlepas dari carut-marut persiapan sarana Sea Games, perlu kita ketahui bahwa Sea Games sejatinya merupakan ajang promosi pariwisata yang sangat baik. Bukan hanya mempromosikan sport tourism, tapi lebih jauh lagi, semua yang terkait dengan kegiatan Sea Games akan ikut terpromosikan.
Misalnya, seorang wartawan olahraga dari Kamboja dikirm ke Indonesia untuk meliput seagames. Tentunya, dia tidak hanya menulis tentang olahraga. Saya yakin, ada banyak agenda titipan dari pimpinan redaksi untuk juga menulis hal lain, misalnya tentang travel, kuliner, wisata, tempat-tempat bersejarah atau rekreasi. Belum lagi si wartawan pastinya bakal menulis hal-hal unik dan langka yang dia alami selama di Indonesia. Terlebih, bila pengalaman itu positif, menarik dan hanya terjadi pertama kali seumur hidupnya.
Ini baru satu wartawan dari satu media. Bakal ada ratusan media cetak dan elektronik dari berbagai negara yang meliput kegiatan Seagames. Ini dalah potensi yang luar biasa untuk mempromosikan sisi lain dari ajang Sea Games.
Melalui Sea Games, promosi pariwisata juga ditujukan kepada para atlet, pelatih, tim dan para supporter dari masing-masing negara. Diperkirakan jumlahnya mencapai 15,900 atlet dan ofisial dari 11 negara. Bisa jadi meraka baru pertama kali ke Indonesia dan bisa jadi mereka belum pernah membayangkan keindahan alam dan budaya Indonesia. Ini adalah kesempatan yang baik mengenalkan potensi pariwisata kita.
Para atlet, ofisial dan supporter akan tinggal di Indonesia selama kurang lebih dua pekan untuk urusan Sea Games. Selama dua pekan itu, sebagian luang waktu akan digunakan untuk berwisata, berkunjung ke tempat-tempat rekreasi, mengunjungi museum, tempat hiburan dan relaksasi. Ini berarti ada sekitar 15,900 orang mengunjungi negeri ini bukan hanya untuk urusan kompetisi, tapi juga menikmati alam dan kebudayaan. Mereka tinggal di hotel, makan di restoran, belanja di pusat perdagangan dan membeli cinderamata sebagai oleh-oleh. Hal yang sama dilakukan oleh para turis ada umumnya.
Yang menjadi menarik dari Sea Games kali ini adalah berlokasi di dua tempat, yakni Jakarta dan Palembang. Ini berarti ada dua potensi destinasi wisata yang bakal terekspose. Jakarta akan lebih banyak diberitakan sebagai destinasi bisnis, urban, lifestyle dan nightlife, sedangkan Palembang lebih pada aspek keindahan alam, tradisi dan kebudayaannya.
Seremoni pembukaan Sea Games juga menjadi salah satu media promosi yang paling utama. Selain bakal ditonton oleh puluhan ribu di lokasi acara, pesta pembukaan ini juga diliput secara live oleh ratusan stasiun tv di berbagai negara yang pada akhirnya ditonton oleh jutaan pemirsa. Praktis, ini adalah media yang sangat massive dalam menampilkan keelokan budaya kita melalui pertunjukan tarian tradisional danpertunjukan kesenian daerah. Kabarnya, untuk pesta pembukaan ini saja, menghabiskan dana 150 milyar rupiah. Suatu harga yang harus dibayar demi menjaga image bangsa.
Yang menjadi kekhawatiran saya adalah dampak negatif dari ketidaksiapan kita sebagai tuan rumah, bagi promosi pariwisata. Boleh jadi alam kita sangat indah, budaya kita unik, tempat rekreasi kita atraktif, peninggalan sejarah kita mengagumkan, hotel kita bertaraf internasional, kuliner kita lezat mengundang selera dan nightlife kita sangat vibrant. Tapi gara-gara kualitas venue Sea Games yang buruk ditambah pengelolaan yang tidak profesional, dikhawatirkan dapat menenggelamkan citra positif kita sebagai daerah tujuan wisata (tourist destination).
No comments:
Post a Comment