Oleh:
Dadang Kadarusman
Maukah Anda bekerja di perusahaan yang punya reputasi
buruk? Kalau saya tidak. Malu rasanya bekerja di perusahaan yang dicemooh oleh
public hanya karena perusahaan itu dikenal sebagai perusahaan yang memperlakukan
pelanggannya buruk. Atau cara kerjanya buruk. Atau cara pelayanannya yang buruk.
Atau segala label buruk yang ditempelkan kepada nama perusahaan itu. Saya malu.
Jika bekerja di perusahaan seperti itu. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda malu
juga? Ataukah Anda cuek saja. Yang penting gaji bulanan tidak terganggu? Saya
yakin, Anda sama seperti saya dan orang-orang ‘normal’ lainnya. Pertanyaannya
adalah; siapakah yang bertanggungjawab untuk menjaga nama baik perusahaan itu?
Perusahaankah? Atau kita yang bekerja didalamnya? Hmmmh… Anda sudah punya
jawaban untuk pertanyaan itu?
Mungkin Anda masih ingat complain saya tentang sebuah bank
multinasional melalui social media. Woooh, mereka pontang-panting menghubungi
saya. Mengklarifikasi. Berusaha meyakinkan saya. Dan. Meminta saya untuk
menjelaskan kepada public. Padahal, selama ini complain langsung saya kepada
mereka sering dianggap angin lalu. Maklum, nasabah kelas ecek-ecek. Sampai
sekarang saya tidak mau lagi menjadi nasabah bank itu. Kelak jika saya sudah
menjadi orang yang kaya raya sekalipun, tidak ingin saya berhubungan dengan bank
itu lagi. Bank lain yang punya reputasi lebih baik, akan menjadi pilihan
saya.
“Wah, itu sih penilaian subyektifnya si Dadang saja…”
mungkin ada yang mengira demikian.
Coba diingat kembali complain seorang Ibu di social media
tentang pelayanan sebuah rumah sakit. Ditambah dengan bagaimana solidaritas
rakyat Indonesia yang mengumpulkan koin seribuan untuk mendukungnya membiayai
ongkos persidangan. Hal itu menunjukkan bahwa respon terhadap reputasi
perusahaan itu bukanlah sekedar reaksi emosional segelintir manusia saja.
Melainkan pola umum masyarakat dimana pun. Pola yang sebenarnya mudah untuk
ditebak. Artinya, tidak sulit untuk diantisipasi. Sederhananya; lebih baik
menjadi perusahaan yang punya reputasi baik, daripada menjadi perusahaan yang
dikenal public sebagai perusahaan yang bereputasi buruk.
Sekarang saya mau mengajak Anda untuk
berganti peran. Bukan sebagai karyawan di perusahaan itu. Melainkan sebagai
pelanggan. Apakah Anda mau membeli produk atau jasa dari perusahaan yang
mempunyai reputasi buruk? Tentu mau; jika didunia ini tidak ada alternative
lain, sedangkan produk atau jasa yang Anda butuhkan itu menentukan hidup dan
mati Anda. Iya kan? Jika ada perusahaan lain yang menyediakan produk yang sama,
Anda tentu lebih memilih membelinya dari perusahaan yang punya reputasi baik
bukan? Atau, baiklah. Memang hanya itu perusahaan satu-satunya yang punya. Tapi,
kalau tanpa produk itu pun hidup Anda akan tetap baik-baik saja; Anda masih
ingin membeli produk itu dari perusahaan bereputasi buruk? Saya meragukan
itu.
Nah. Sekarang kita sudah mempunyai dua sudut pandang yang
berbeda. Satu sebagai karyawan. Dan dua sebagai pelanggan. Tidak masalah posisi
kita apa – sebagai karyawan atau pelanggan – kita tidak tertarik berhubungan
dengan perusahaan yang mempunyai reputasi buruk. Fakta ini menunjukkan bahwa
reputasi itu penting sekali. Oleh karenanya, perusahaan harus punya reputasi
baik. Dan tidak heran, jika setiap perusahaan berjuang mati-matian untuk menjaga
reputasinya. Saatnya sekarang kita kembali kepada pertanyaan dimuka; siapakah
yang bertanggunjawab untuk menjaga reputasi baik perusahaan itu?
Saya tidak menemukan jawaban yang lebih baik selain dari
ini;”Kitalah, sebagai karyawan yang bekerja disana.” Memang benar, kan?
Kita tidak bisa berharap orang luar mau menjaga reputasi perusahaan tempat kita
bekerja. Dan kita, tidak bisa berharap computer, gagang telepon, kursi, meja
maupun ruang meeting di kantor itu yang menjaga reputasi baik perusahaan. Semua
hal yang ada diperusahaan kita kan hanya alat. Mereka tidak punya kuasa untuk
menentukan hasil akhirnya. Sekalipun punya peralatan canggih, jika kita yang
menggunakannya tidak punya komitmen untuk menjaga reputasi perusahaan, maka
kecanggihan perlengkapan itu hanya akan semakin memudahkan kita dalam
menghancurkan reputasi perusahaan.
Sebaliknya, meskipun kantor kita hanya punya peralatan
sederhana. Namun karena kita dapat menggunakan perlengkapan bersahaja itu dengan
sebaik-baiknya untuk membangun reputasi perusahaan, maka perusahaan kita akan
dikenal public sebagai perusahaan yang baik.
Anda ingin bekerja di perusahaan yang punya reputasi baik,
bukan? Jika demikian sahabatku, kitalah yang harus menolong agar perusahaan
punya reputasi yang baik itu. Caranya bagaimana? Sederhana saja kok; tunaikan
tugas dan tanggungjawab Anda dengan sebaik-baiknya serta layani setiap orang
yang berhubungan dengan perusahaan Anda dengan sesantun-santunnya. Insya Allah,
dengan cara sederhana itu saja kita bisa membantu perusahaan untuk dikenal
public sebagai perusahaan yang baik.
Manfaatnya apa untuk Anda?
Hmmh… apa manfaatnya ya? Aha. Dengan reputasinya yang baik,
perusahaan Anda akan lebih dipercaya oleh public. Dengan kepercayaan yang lebih
baik dari public, maka perusahaan Anda akan mendapatkan pembelian yang lebih
banyak dari pelanggannya. Dengan belanja yang lebih banyak dari pelanggan, maka
perusahaan Anda punya kesempatan untuk mendapatkan lebih banyak keuntungan.
Dengan keuntungan yang lebih banyak, maka perusahaan bisa lebih leluasa untuk
memberikan bonus, hadiah, maupun kenaikan gaji kepada karyawannya. Siapakah
karyawan di perusahaan Anda? Ya Anda. Jadi siapa yang akan mendapatkan
keuntungannya jika demikian? Anda.
So, sahabatku. Mari kita bantu perusahaan tempat kita
bekerja ini untuk membangun reputasi yang baik dihadapan public. Tidak usah
rumit-rumit kok. Cukup dengan itu tadi. Pertama, jadilah pegawai yang baik
disana. Yang amanah. Yang berkomitmen menjalankan tugas sebaik-baiknya. Kedua,
perlakukanlah setiap orang yang berhubungan dengan perusahaan tempat Anda
bekerja dengan sebaik-baiknya. Hormati pribadi mereka. Tunaikan hak-hak mereka.
Dan buat mereka senang berhubungan dengan perusahaan yang Anda wakili.
Insya Allah, perusahaan Anda akan punya reputasi baik.
Sehingga Anda akan semakin bangga bekerja disana. Dan Anda. Juga akan
mendapatkan lebih banyak manfaat dari perusahaan yang Anda banggakan itu.
Bersediakah Anda menolong perusahaan untuk membangun reputasi baik? Tentu. Kalau
begitu. Silakan kembali ke meja kerja Anda. Lalu, lakukan tugas-tugas Anda
dengan sebaik-baiknya. Dan jika berhubungan dengan pelanggan Anda, niatkanlah
untuk mengerahkan seluruh kemampuan Anda dalam melayaninya. Toh kita tidak
dituntut untuk melakukan sesuatu melampaui kemampuan itu kok. Begitulah cara
kita untuk menjaga nama baik perusahaan tempat kita bekerja. Bisa mulai sekarang
juga?
Salam hormat,
Mari
Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang
Kadarusman – 20 Desember 2012
Leadership and Personnel Development Trainer
Phone: 0812 19899 737 (PIN BB: 2A495F1D)
Catatan Kaki:
Tidak ada orang yang lebih berkepentingan terhadap reputasi baik
perusahaan selain diri kita sendiri. Makanya, ayo sama-sama jaga reputasi tempat
kita mencari nafkah ini dengan keelokan dedikasi dan cara kerja
kita.
Ingin mendapatkan
kiriman “C (=Customerism)” secara rutin langsung dari Dadang
Kadarusman? Kunjungi dan bergabung di http://finance.groups.yahoo.com/group/NatIn/
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain,
langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai
tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
Dare to invite Dadang to speak for your company?
Phone: 0812
19899 737 (PIN BB: 2A495F1D)
No comments:
Post a Comment